MAKALAH
SISTEM
PERSEPSI SENSORY
“RABUN
SENJA”

OLEH KELOMPOK III
N4 KEPERAWATAN
N4 KEPERAWATAN
MISNAWATI (P201401180)
YANA ASMA (P201401145)
YUSNIATIN (P201401147)
YANA ASMA (P201401145)
YUSNIATIN (P201401147)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2017
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2017
KATA PENGANTAR
Segala
puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih
karunia-Nya makalah Sistem Persepsi Sensory “RABUN SENJA” ini dapat
diselesaikan.
Kami
menyadari bahwa Tuhanlah sumber segala ilmu pengetahuan sehingga kami merasa
memiliki kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu kami membutuhkan
saran dan kritik agar makalah ini menjadi lebih baik. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang
limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap
pembaca.
Kendari, Februari 2017
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR
ISI.........................................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN.....................................................................................................
A. LATAR
BELAKANG...............................................................................................
B. RUMUSAN
MASALAH..........................................................................................
C. TUJUAN
PENULISAN...........................................................................................
D. MANFAAT
PENULISAN........................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN......................................................................................................
A. DEVINISI
RABUN SENJA....................................................................................
B. ETIOLOGI
RABUN SENJA...................................................................................
C. PATOFISIOLOGI
RABUN SENJA.......................................................................
D. MANIFESTASSI
KLINIS RABUN SENJA..........................................................
E. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK RABUN SENJA..............................................
F. PENATALAKSANAAN
.........................................................................................
G. KOMPLIKASI...........................................................................................................
BAB
III PENUTUP..............................................................................................................
A. KESIMPULAN.........................................................................................................
B. SARAN.....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Rabun senja, yang sering disebut juga sebagai rabun ayam
atau Nyctalopia, merupakan kelainan pada mata yang terjadi akibat kekurangan
vitamin A.Kurangnya kadarenergy protein, kekurangan zinc, efek obat pencahar,
mutasi genetic, dan konsumsi alcohol berlebihan juga memperparah keadaan
penderita rabun senja. Rabun senja disebabkan oleh rusaknya sel retina yang
semestinya bekerja pada lingkungan minim cahaya. Pada penderita rabun senja,
sel pada retina dapat menjadi rusak karena kekurangan vitamin A, namun dapat
pula diakibatkan oleh mata minus, katarak, retinis pigmentosa, obat-obatan,
atau bawaan sejak lahir. Maka, dapat dikatakan bahwa rabun senja merupakan
suatu gejala klinis tahap awal akibat kekurangan vitamin A. Pada sel batang di
retina mata terdapat rhodopsin atau visual purple (pigmen ungu) yang mengandung
vitamin A yang terikat pada protein. Pada mata normal, apabila menerima cahaya,
rodopsin akan terkonversi menjadi visual yellow dan kemudian menjadi visual
white.
Konversi ini membutuhkan vitamin A. Regenerasi visual purple
hanya akan terjadi apabila tersedia vitamin A yang cukup. Tanpa regenerasi,
maka pengelihatan mata pada cahaya remang akan terganggu. Oleh karena itu,
apabila kekurangan vitamin A, maka mata akan sulit melihat ketika berada di
lingkungan kurang cahaya.
Penderita rabun senja memiliki kesulitan untuk melihat pada
saat hari sudah senja (keadaan penglihatan mesopic) dan di lingkungan yang
kurang cahaya (keadaan penglihatan scotopic). Rabun senja bisa jadi merupakan
sebuah gejala yang menandakan bahwa seseorang terjangkit suatu kelainan mata,
misalnya retinis pigmentosa.
2.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa devinisi Rabun Senja?
2. Apa Etiologi saja Rabun Senja?
3. Bagaimana Patofisiologi Rabun Senja?
4. Apa saja Manifestasi klinis Rabun
Senja?
5. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik
Rabun Senja?
6. Bagaimana Penatalaksanaan pada Rabun
Senja?
7. Apa saja Komplikasi dari Rabun
Senja?
3.
TUJUAN
a. Tujuan umum
Mengetahui bagaimana proses asuhan
keperawatan pada pasien rabun senja.
b. Tujuan
khusus
1. Memahami definisi Rabun senja.
2. Mengidentifikasi etiologi rabun
senja
3. Mengetahui patofisiologi rabun senja
4. Mengetahui manifestasi klinis rabun
senja
5. Mengetahui Pemeriksaan diagnostic
rabun senja
6. Mengetahui penatalaksanaan rabun
senja.
7. Mengetahui komplikasi rabun senja.
4.
MANFAAT
1.
Mahasiswa
memahami konsep dan proses keperawatan pada klien gangguan rabun senja sehingga
menunjang pembelajaran mata kuliah sistem sensori dan persepsi.
2.
Mahasiswa
mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal dalam
persiapan praktik di rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEVINISI
RABUN SENJA
Rabun senja (nyctalopia) adalah gangguan
penglihatan kala senja atau malam hari, atau pada keadaan cahaya remang-remang.
Banyak juga menyebutnya sebagai rabun ayam, mungkin didasari fenomena dimana
ayam tidak dapat melihat jelas di senja atau malam hari. Rabun senja merupakan
penyakit dengan keluhan tidak dapat melihat dengan baik dalam keadaan gelap
(waktu senja).
Rabun senja ini merupakan
manifestasi defisiensi vitamin A yang paling awal. Pada rabun senja, mata
terlihat normal hanya saja penglihatan menjadi menurun saat senja tiba atau
tidak dapat melihat di dalam lingkungan yang kurang cahaya. Rabun senja paling
banyak dialami oleh anak-anak, pada anak berusia 1 sampai 3 tahun hal ini bisa
terjadi karena tidak lama setelah disapih anak tersebut diberikan makanan yang
tidak mengandung vitamin A. (Sommer 1978).
B.
ETIOLOGI
Penyebab rabun senja adalah:
a.
Konsumsi makanan yg tidak mengandung
cukup vitamin A atau provitamin A untuk jangka waktu yang lama.
b.
Bayi tidak diberikan ASI Eksklusif
c.
Menu tidak seimbang (kurang
mengandung lemak, protein, seng/Zn atau zat gizi lainnya) yang diperlukan untuk
penyerapan vitamin A dan penggunaan vitamin A dalam tubuh.
d.
Adanya gangguan penyerapan vitamin A
atau pro-vitamin A seperti pada penyakit-penyakit antara lain penyakit
pankreas, diare kronik, Kurang Energi Protein (KEP) dan lain-lain sehingga
kebutuhan vitamin A meningkat.
e.
Adanya kerusakan hati, seperti pada
kwashiorkor dan hepatitis kronik, menyebabkan gangguan pembentukan RBP (Retinol
Binding Protein) dan pre-albumin yang penting untuk penyerapan vitamin A.
C.
PATOFISIOLOGI
Bentuk penyimpanan dalam hati dalam
bentuk retinol sebagai asupan dari vitamin A dan beta carotene. Ketika asupan
vitamin A melebihi 300-1200 µg/hari, kelebihan akan disimpan dan cadangan di
hati meningkat. Ketika asupan vitamin A kurang dari jumlah yang dibutuhkan,
cadangan retinol dalam hati akan dikeluarkan untuk memelihara serum retinol
pada tingkat normal (di atas 200 µg)). Ketika asupan vitamin A terus menerus
berkurang untuk jangka waktu yang lama, cadangan dalam hati akan menipis,
tingkat serum retinol akan turun, fungsi epitel terganggu, dan tanda-tanda
xerophthalmia terlihat.
Retinol penting untuk elaborasi
rodopsin (penglihatan remang-remang) oleh batang, yaitu reseptor sensori retina
yang bertanggung jawab untuk penglihatan dalam cahaya tingkat rendah.
Defisiensi vitamin A dapat mengganggu produksi rodopsin, mengganggu fungsi
batang sehingga menimbulkan rabun senja. Durasi ketidakcukupan asupan terjadi
tergantung dari jumlah vitamin A yang dicerna, tingkat penyimpanan hati, dan
tingkat penggunaan vitamin A yang digunakan oleh tubuh.
Anak-anak dengan status gizi buruk,
asupan vitamin A yang sangat sedikit akan memiliki cadangan yang terbatas.
Ketika asupan vitamin A tidak ada dari diet atau terjadi gangguan penyerapan
dan terjadi peningkatan kebutuhan. metabolisme dapat secara cepat menghabiskan
cadangan retinol dalam hati dan merusak kornea, walaupun mata pada saat itu
masih terlihat normal. Ketersediaan vitamin A juga tergantung pada status gizi
anak secara keseluruhan. Jika asupan protein kurang maka sintesis RBP pun akan
menurun. Serum Retinol akan menurun walaupun cadangan di hati normal. Akhirnya,
hati tidak dapat menyimpan lagi vitamin A atau mensisntesis RBP secara normal
(Sommer 1978).
D.
MANIFESTASI
KLINIS
Rabun senja terjadi akibat gangguan
pada sel batang retina. Tanda dan gejala pada penderita rabun senja adalah:
a. Daya pandang
menurun, terutama pada senja hari atau saat ruangan keadaan ringan, sel batang
retina sulit beradaptasi di ruang remang-remang atau kurang setelah lama berada
di cahaya terang.
b. Penglihatan menurun pada senja hari,
yaitu penderita tidak dapat melihat di lingkungan yang kurang cahaya, sehingga
disebut juga buta senja.
c. Terjadi kekeringan mata,
d. Bagian putih
menjadi suram sering pusing. (Wijayakusuma 2008).
E.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
a. Tes adaptasi
gelap
b. Kadar vitamin A
dalam darah (kadar < 20 mg / 200 ml menunjukkan kekurangan intake)
F.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan rabun senja tergantung pada penyebabnya.
a. Jika karena
katarak (maka katarak
sebaiknya dioperasi).
b. Jika karena
kekurangan vitamin A (maka harus
diberikan vitamin A dalam jumlah yang cukup, baik berupa suplemen maupun dari
makanan sehari-hari).
c. Menginjeksikan
vitamin A secara intramuscular sebanyak 55 mg retinol palmitat (100.000 IU).
d. Jika secara
parenteral tidak tersedia, dapat diberikan sebanyak 110 mg retinol palmitat
(200.000 IU) dalam air atau minyak, melalui mulut.
e. Dosis sebaiknya
berkurang setengah dari jumlah yang seharusnya pada anak berusia kurang dari
satu tahun.
f. Sebaiknya
pengobatan dilakukan selama 2-6 bulan.
G.
KOMPLIKASI
1. Katarak
2. glaucoma
3. Xerophthalmia
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Rabun senja (nyctalopia) adalah gangguan penglihatan kala
senja atau malam hari, atau pada keadaan cahaya remang-remang. Banyak juga
menyebutnya sebagai rabun ayam, mungkin didasari fenomena dimana ayam tidak
dapat melihat jelas di senja atau malam hari. Rabun senja merupakan penyakit
dengan keluhan tidak dapat melihat dengan baik dalam keadaan gelap (waktu
senja).
Rabun senja ini merupakan manifestasi defisiensi vitamin A
yang paling awal. Pada rabun senja, mata terlihat normal hanya saja penglihatan
menjadi menurun saat senja tiba atau tidak dapat melihat di dalam lingkungan
yang kurang cahaya. Rabun senja paling banyak dialami oleh anak-anak, pada anak
berusia 1 sampai 3 tahun hal ini bisa terjadi karena tidak lama setelah disapih
anak tersebut diberikan makanan yang tidak mengandung vitamin A. (Sommer 1978).
B.
SARAN
Dalam penulisan modul ini masih
banyak lagi informasi tentang shock kardiogenik yang belum di jelaskan dengan
lengkap, untuk itu penyusun mengharapkan agar pembaca mencari informasi yang
lebih lengkap lagi agar informasi tentang shock dapat bertambah.
